2. Pada Masa Kerajaan Majapahit sudah muncul nama Jombang
Kelemahannya tidak ada bukti yang bernilai sejarah dan yang ada hanya berupa legenda, seperti Damarwulan, Kebo Kicak Karang Kejambon, Mbok Rondo Kaligunting, dan lainnya. Kelebihannya adalah legenda itu melekat di hati rakyat, bahkan ada yang meyakininya. Semangat yang diambil adalah konsistensi dalam memperjuangkan keyakinan akan nilai (Surontanu) dan keutamaan melaksanakan kewajiban (Kebo Kicak), atau perjuangan dengan landasan pengabdian pada kebenaran (Damarwulan):
3. Pada saat Jombang menjadi Afdeeling tersendiri di bawah Karesidenan Surabaya
Jombang dipisah dari Afdeeling Mojokerto, Patih yang ditetapkan bernama Raden Pandji Tjondro Winoto. Pada waktu itu Trowulan menjadi bagian dari Afdeeling Jombang. Tim UGM menganggap ini alternatif yang lebih baik dan aman. Kata Jombang sudah muncul dalam realita sosial dan hukum.
Kelemahannya adalah pemunculan Afdeeling ini atas prakarsa Pemerintah Kolonial dengan pertimbangan kepentingan mereka. Jadi lebih tepatnya sebagai hadiah. Menurut mantan Bupati Jombang, Soewoto Adiwibowo, Afdeeling itu dibentuk untuk mengamankan perkebunan dan kehutanan suatu wilayah, jadi justru tidak dalam semangat kebangkitan Jombang sebagai milik rakyat.