Kisah Kebo Kicak dan Surontanu Menurut Penelusuran Sakral Nusantara

kebo kicak
Tim Sakral Nusantara. (wartajombang.com/fan)

SEJARAH, WartaJombang.com — Nama Kabupaten Jombang tidak terlepas dari kisah kebo kicak dan surontanu. Kebo kicak semula bernama Joko Tulus. Ia adalah anak dari ibu wandan di Dusun Karang kejambon Jombang.

Dalam Legenda itu disebutkan bahwa, Joko Tulus adalah seseorang Pemuda yang dikutuk orangtuanya sehingga memiliki kepala kebo atau kerbau dengan badan yang masih berwujud Manusia.

Bacaan Lainnya

Setelah berkepala kerbau dengan tetap berbadan manusia, Kebo Kicak berguru kepada seorang kiai sakti mandraguna di Padepokan Sumoyono. Selama bertahun-tahun ia belajar pada kiai tersebut sesampai ia menjadi orang yang sakti mandraguna.

Lantas, siapa Surontanu? Konon. Surontanu adalah Saudara Seperguruan dimasa bergurunya kepada Kiai sakti tersebut. Kiai itu dikenal masyarakat sebagai Seorang Tokoh Agama yang Soleh dan Khusyu, yaitu nama Kiai tersebut Mbah Kusir, atau biasa di panggil Kiai Ageng Sumoyono.

Di padepokan sumoyono, Kebo kicak bertemu dengan surontanu yang tak lain adalah anak pamannya sendiri, ia berlatih tanpa lelah hingga berhasil menguasai ilmu kanuragan yang membuatnya menjadi seorang yang sakti.

Di padepokan yang sama surontanu juga tak kalah hebatnya dengan kebo kicak, surontanu berhasil menguasai ilmu kesaktian dan memperoleh salah satu hewan peliharaan pusaka yakni banteng tracak Kencono.

Adapun diambil dari sekilas keterangan tim Yayasan SAKRAL NUSANTARA pada waktu mediasi bersama mahluk astral di Petilasan Joko Tulus tepatnya di Desa Karang Kejambon. Pada hari minggu 20/12/2020 lalu.

Mediator tim SAKRAL NUSANTARA mengungkap bahwa, perjalanan kebo kicak waktu setelah berguru di padepokan sumoyono tersebut. Ia sedang menjalankan tugasnya untuk membunuh banteng pusaka yang dimiliki surontanu sebagai tumbal untuk wabah penyakit atau bagebluk di daerah wilayah kekuasaanyan masa itu.

“Pada waktu penelusuran kami menggunakan mediator sebagai mediasi bersama mahluk astral yang ada di petilasan kebo kicak lalu. Mediator kami mengungkap bahwa, setelah berguru di Padepokan Mbah Kusir atau Kiai Ageng Sumoyono, ia menjalankan tugas untuk membunuh pusaka tracak kencono milik surontanu sebagai tumbal wabah penyakit atau bagebluk di daerah kekuasaannya,” ungkap Ki Antep selaku Penasehat Yayasan SAKRAL NUSANTARA, Senin (14/3/2022).

Kembali ke cerita Legenda, mendengar hal itu kebo kicak berusaha membunuh banteng pusaka milik surontanu, sedangkan surontanu yang sudah berjanji akan menjaga banteng tracak Kencono tidak tinggal diam ketika mendengar ada yang berusaha untuk membunuh peliharaan miliknya.

Usahanya tak lebih pertarungan saudara seperguruan antara kebo kicak dan surontanu pun terjadi saling tidak ingin dikalahkan, sampai kebo kicak dan surontanu pergi ke berbagai tempat.

Kebo kicak terus mengejar surontanu bersama banteng tracak Kencono, tepat di daerah Parimono surontanu lari bersama bantengnya kearah sawah yang kala itu penuh tanaman padi sehingga tanaman padi yang menghampar pun rusak.

Kebo kicak yang menyaksikan pelarian surontanu hanya geleng-geleng kepala, bakal lahirlah sebutan Parimono atau padi yang disasak hingga rusak.

Surontanu juga berlari kearah Utara ia menemukan sebuah rumah beratap jerami dan alang-alang yang didalamnya terdapat pemandian kerbau.

Sementara kebokicak tetap mencari surontanu dimanapun berada, dalam pengejaran itu kebokicak kelelahan dan beristirahat bersandar di bawah pohon beringin raksasa hingga tertidur. Tepatnya di daerah Dusun Senden

Setelah merasa cukup beristirahat kebokicak segera bangun dan melanjutkan pencarian surontanu, di tengah perjalanan itu kebo kicak dan Surontanu pun bertemu dan mereka kembali bertarung dengan mengeluarkan segala kesaktiannya.

Disitu menjadi pertarungan ke dua saudara seperguruan tersebut sampai muncul kilatan cahaya hijau dan merah diatas langit, dalam pertandingan itu surontanu akhirnya terkecir mundur dan lari ke arah timur.

Pertandingan mereka yang memunculkan cahaya berwarna hijau dan merah atau Ijo Abang, itu yang menjadi cikal-bakal penyebutan nama Jombang yakni berasal dari akronim kata ijo abang sama dengan Jombang.

Warna hijau dan merah juga ada dalam logo Kabupaten Jombang hijau bermakna kesuburan ketenangan dan kebaktian kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sedangkan warna merah berarti keberanian dinamis dan kritis dari beberapa titik lokasi pertarungan kebokicak dan surontanu juga menjadi asal-usul sejumlah daerah di Kabupaten Jombang.

Seperti nama daerah Parimono hingga kini nama Jombang selalu dikaitkan dengan kebokicak dan surontanu nama kebokicak dan surontanu pun senantiasa diingat oleh masyarakat Jombang dengan berbagai versi ceritanya. (fan/pra)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *