Sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Jombang terus melakukan upaya penggalian, pelacakan, dan identifikasi melalui kajian akademis secara cermat dan hati-hati.
Hasil kajian Tim UGM bersama Kantor Parbupora tahun 2004, ada beberapa tapak masa lalu Jombang yang bisa dijadikan acuan awal dan bahan sarasehan Hari Jadi Jombang, yaitu:
1. Ketika Tembelang (Medang i Bhumi Mataram i Tamwlang)
Bukti sejarahnya terdapat di dalam Prasasti Turyyan berangka tahun 851 Saka (tanggal 24 Juli 929 Masehi), dan Watugaluh, Diwek (Medang i Bhumi Mataram i Watugaluh) terdapat dalam Prasasti Anjukladang berangka tahun 859 Saka (tanggal 10 April 937 Masehi ) menjadi Ibukota Kerajaan Mataram Kuno di bawah raja Pu Sindok. Prasasti Poh Rinting yang ditemukan di Desa Glagahan, Kecamatan Perak berangka tahun 851 Saka ( tanggal 28 Oktober 929 Masehi), Prasasti Geweg yang ditemukan di Desa Tengaran, Kecamatan Peterongan berangka tahun 855 Saka (tanggal 14 Agustus 933 Masehi).
Tim UGM tidak menyarankan ini diutamakan, karena dikhawatirkan pada waktu yang akan datang ditemukan Desa Tamwlang di luar Jombang. Kelemahannya memang, tidak ditemukan nama Jombang. Yang muncul nama Tamwlang dan Watugaluh.
Sebaliknya, Tony Djubianto, salah satu Deputi Kebudayaan Kementerian Budaya dan Pariwisata, justru mendorong tanggal di Prasasti Turyyan itu dijadikan tanggal kelahiran Jombang. Terkait dengan tidak munculnya kata Jombang, bukan alasan kuat Contohnya Bogor berpatokan pada tanggal berdirinya Kerajaan Pajajaran, meskipun nama Bogor adalah dari Bahasa Belanda Momen yang diambil adalah inisiatif Pu Sindok menjadikan Tamwlang sebagai ibukota Kerajaan Medang Lamulan (Mataram Kuna), sebuah semangat yang muncul dari potensi wilayah Jombang saat itu, yang tentunya menjadi tanah harapan.
Pendapat lain juga mengatakan, bahwa akan lebih bijaksana jika semangat ini diambil, sebaiknya memilih ketika Watugaluh menjadi pusat Kerajaan Medang daripada memilih Tamwlang. Alasannya diragukan bahwa yang dimaksudkan Tamwlang bukan Tembelang, melainkan Malang.