Mengenal Sekolah Lapang Tanaman Padi di Poktan Mernung Kidul Sumbernongko Ngusikan

sumbernongko jombang
Kelompok Tani Mernung Kidul Desa Sumbernongko Kecamatan Ngusikan Kabupaten Jombang.

NGUSIKAN — Kegiatan sekolah lapang tanaman padi dilaksanakan oleh Kelompok Tani Mernung Kidul Desa Sumbernongko Kecamatan Ngusikan Kabupaten Jombang, Senin (31/05/2021).

Kegiatan dilaksanakan di gubug tani yang berada di sekitar lokasi pertanaman padi pada hari Selasa tanggal Jumah peserta yang hadir sebanyak 20 Orang. Kegiatan ini juga dihadiri oleh Kepala Desa Sumbernongko, 4 Orang Petugas Penyuluh Pertanian dan 1 Orang Petugas POPT.  

Bacaan Lainnya

Perlu diketahui, Sekolah lapang (SL) merupakan bentuk sekolah yang seluruh proses belajar-mengajarnya dilakukan di lapangan. Yakni dilaksanakan di lahan petani peserta SL dalam upaya peningkatan produksi padi Nasional.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun identifikasi dan mengatasi permasalahan, serta menerapkan teknologi yang sesuai dengan sumberdaya yang ada secara sinergis dan berwawasan lingkungan. Sehingga usaha tani diharapkan bisa lebih efisien, produktivitas tinggi dan berkelanjutan.  

Sekolah lapang merupakan salah satu metode belajar mengajar yang dipandang masih cukup efektif untuk orang dewasa. Sekolah lapang bersifat tidak formal dan biasanya dilaksanakan di sekitar areal pertanaman dengan objek nyata berupa tanaman yang dijadikan sebagai bahan belajar bersama.

Pertemuan pertama dalam sekolah lapang ini dipandu oleh Machfudzi Petugas POPT Kecamatan Ngusikan dan Siswono PPL Swadaya Desa Sumbernongko. Dan untuk pertemuan selanjutnya Petugas akan bergantian untuk memandu kegiatan sesuai jadwal yang sudah disusun dan sesuai dengan kebutuhan materi.

Dalam pertemuan awal ini Machfudzi memberikan materi mengenai prinsip PHT (Pengendalian Hama Terpadu). PHT adalah strategi pengendalian hama dengan jalan memadukan berbagai taktik pengendalian yang terpilih dan serasi dengan memperhatikan segi ekonomi, sosial, toksilogi dan ekologi yang menitikberatkan faktor-faktor mortalitas alami sehingga populasi hama tetap berada pada tingkat yang secara ekonomi tidak merugikan.

Empat Prinsip manajemen PHT yaitu :

  1. Budidaya Tanaman Sehat
    Menciptakan tanaman yang tumbuh sehat dan kuat merupakan bagian penting dalam program pengendalian hama terpadu. Tanaman yang sehat akan lebih tahan terhadap serangan hama. Dan bila terjadi kerusakan akan lebih mampu mengatasinya. Misalnya dengan membentuk daun-daun baru, tunas baru, anakan baru dan lain-lain. Sehingga tanaman akan tetap tumbuh normal dengan produktivitas tinggi. Tanaman normal dengan produktivitas tinggi dapat diperoleh dengan jalan meningkatkan teknik budidaya yang baik, dengan cara sebagai berikut :
    a. Pengolahan tanah yang baik
    b. Pemilihan bibit atau benih unggul
    c. Pengairan yang teratur
    d. Pemupukan berimbang sesuai kebutuhan tanaman
    e. Pengendalian gulma
  2. Melestarikan dan Mendayagunakan Fungsi Musuh Alami
    Musuh alami merupakan komponen ekosistem yang amat menentukan keseimbangan populasi hama. Pada kondisi lingkungan yang baik, musuh alami dapat berperan aktif dalam menekan perkembangan populasi hama. Selain itu, aktivitas musuh alami tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu penting untuk terus berupaya menemukan, mengenali, dan mengamati musuh-musuh alami yang ada pada tanaman padi. Serta berupaya untuk memelihara keseimbangan lingkungan pertanaman agar populasi musuh alami dapat terus berkembang.
  3. Pengamatan Mingguan
    Hama yang ada pada pertanaman tidak timbul begitu saja. Melaaainkan karena adanya perubahan-perubahan ekosistem pertanian (agroekosistem) yang terjadi akibat perubahan cuaca, perubahan populasi musuh alami, dan perubahan yang diakibatkan oleh kegiatan budidaya tanaman. Perubahan-perubahan tersebut harus terus dipantau melalui kegiatan pengamatan. Pengamatan perlu dilakukan secara berkala agar tidak terlambat mengambil keputusan pengendalian. Petani harus terampil memantau lahannya sendiri, menganalisis kondisi lingkungan yang ada, membuat keputusan yang bijaksana, mengambil tindakan pengendalian hama yang tepat, praktis dan menguntungkan.
  4. Petani menjadi Ahli PHT
    Petani adalah penanggungjawab, pengelola dan penentu keputusan di lahan sawahnya sendiri, sedang petugas dan pihak lain berperan sebagai narasumber, pemberi informasi, dan pemandu petani bila diperlukan.(langsir:jombangkab.go.id)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *