Dirinya juga menepis tuduhan salah input data, menurutnya kesalahan pemesanan seharusnya bukan dirinya yang disalahkan karena pemesanan barang sesuai dengan data dari mekanik yang paham barang onderdil.
“Untuk soal onderdilnya itu kataya saya salah input sparepart, sedangkan gini pak, kalau soal sparepart aku tidak tau ini jenisnya apa, yang tau adalah mekanik. Jadi langkah awal ada orang pengen HO sepeda motor, aku tanya ke mekanik ini kodenya apa gitu. Jadi kalau saya dibilang salah input seharusnya yang salah mekanik, soalnya apa, aku tanya itu kodenya dari mekanik dan selalu suruh saya nulis itu kodenya dari mekanik. Karena aku tidak tau spedometernya ini kodenya apa,” ungkapnya.
Bahkan yang ia sayangkan adalah, tanggungan yang dituduhkan tidak pernah ada pada saat dirinya aktif kerja. Tuduhan tersebut muncul pada saat dirinya mau mengambil ijazahnya. Ia menambahkan jika harga barang spidometer yang di tuduhkan tidaklah sebesar itu.
“Tidak pernah, muncul ya setelah memintak ijazah saya itu tadi. Terakhir saya tanya temen-temen itu harga spedometernya itu sekitar dua jutaan kok sekarang jadi sebelas jutaan. Kata temen saya, kalok sejak awal harganya segitu pasti sudah dipermasalahkan, karena lebih dari sepuluh juta,” papar Fitri.
Barang yang dianggap saya salah pesan tersebut juga masih ada di dealer, sehingga jika dianggap merugikan ya jelas tidak. “Dan barang itu juga ada di dealer tidak dimana-mana, kalok ada orang butuh kan bisa di jual lagi,” sanggahnya.
Fitri juga mengaku jika pada saat dirinya menggantikan menjadi kasir dirinya sudah melakukan pengeklaimnya KPB. Menurutnya, jika ada kesalahan masih bisa diperbaiki dan di klaimkan lagi.